6/recent/ticker-posts

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 


Mengajarkan anak berhitung itu baik, 
namun mengajarkan mereka 
apa yang berharga/utama adalah yang terbaik 

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best)

=Bob Talbert=


Pengaruh Filosofi Patrap Triloka Ki Hajar Dewantara terhadap pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran

Ki Hajar Dewantara memiliki sebuah konsep pendidikan selaku pendiri Taman Siswa. Konsep tersebut disebut Patrap Triloka. Patrap Triloka yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara antara lain sebagai berikut.
1. Ing Ngarsa Sung Tuladha, merupakan filosofi yang memantapkan kita untuk mampu menjadi teladan/memberikan contoh positif kepada anak didik ketika kita berada di depan mereka.
2. Ing Madya Mangun Karsa, merupakan filosofi bahwa kita sebagai penyemangat ketika berada di tengah-tengah siswa.
3. Tut Wuri Handayani, merupakan filosofi bahwa ketika posisi guru berada di belakang maka guru mampu mengarahkan, menyemangati dan mendorong anak didik untuk mau belajar serta melejitkan potensinya.
Patrap Triloka ini memberikan pengaruh besar kepada kita selaku pendidik sehingga mampu memposisikan diri baik di depan,di tengah atau di belakang untuk kemajuan peserta didik dan menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid.
Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu menerapkan Pratap Triloka dalam lingkungan belajar, dimana sebagai penuntun bagi murid guru harus hadir sebagai teladan, pembangkit semangat dan memberikan dorongan bagi murid yang membutuhkannya. Dengan menerapkan dan menghidupi Pratap Triloka akan menjadi dasar/landasan bagi guru untuk mengambil keputusan terbaik yang berpihak pada murid sehingga menciptakan lingkungan belajar yang positif, nyaman dan menyenangkan.

Pengaruh Nilai-Nilai Dalam Diri Terhadap Prinsip-Prinsip dalam Pengambilan Keputusan

Setiap guru seharusnya memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai ini yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat. Nilai-nilai positif seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid merupakah nilai yang akan mempengaruhi prinsip-prinsip dalam mengambil keputusan dari dua pilihan yang sama-sama benar. Berada dalam situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara bijaksana untuk mengambil keputusan yang tepat sesuai prinsip-prinsip yang akan kita ambil.

Pengambilan suatu keputusan adalah suatu proses untuk menentukan satu pilihan di antara berbagai pilihan yang ada. Pengambilan keputusan tidak terlepas dari nilai-nilai yang ada dalam diri seseorang, disadari ataupun tidak sebagai seorang guru penggerak dan pemimpin pembelajaran akan senantiasa melandaskan diri pada nilai-nilai yang dimiliki dan dijunjung tinggi. Oleh karena itu, baik nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid maupun nilai-nilai kebajikan universal yang ada pastilah menjadi hal terpenting dalam setiap keputusan yang kita ambil ketika menghadapi situasi dilema etika atau bujukan moral.

Kaitan Kegiatan Terbimbing dengan Pengambilan Keputusan

Dalam pengujian pengambilan keputusan, bimbingan dalam bentuk coaching sangat membantu. Peran pendamping dan fasilitator selama proses pembelajaran merupakan hal baik bagi CGP untuk bisa menggali potensi diri dalam melakukan pengambilan dan pengujian keputusan dengan tepat. Melalui diskusi dua arah, hal-hal atau pertanyaan terkait pengambilan keputusan bisa dilakukan dengan baik.
Keterampilan coaching akan membantu pengambilan keputusan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik. Coaching skills sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik dalam diri kita maupun masalah yang dialami oleh orang lain. Dengan langkah TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan menganalisis masalah secara sistematis. Konsep pembinaan TIRTA sangat ideal apabila dikombinasikan dengan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi keputusan yang diambil.

Kemampuan Guru dalam Mengelola dan Menyadari Aspek Sosial Emosional terhadap Pengambilan Keputusan

Guru akan mampu menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial emosional untuk : 1) memahami, menghayati, dan mengelola emosi, 2) menerapkan dan mencapi tujuan positif, 3) merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain, 4) membangun dan mempertahankan hubungan yang positif, serta 5) membuat keputusan yang bertanggung jawab. Guru yang dapat mengelola sosial emosional dengan baik, akan dapat melakukan pengambilan keputusan dengan tepat, bijak, penuh kehati-hatian dan tanpa keraguan dapat memilih alternatif yang terbaik. Pada akhirnya guru akan mampu mengelola kehidupan profesional maupun personalnya dengan baik.

Pembahasan Studi Kasus yang Fokus pada Masalah Moral atau Etika pada Nilai-nilai Seorang Pendidik


Pada pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kita memerlukan kesadaran diri dan keterampilan terkait sosial emosional dalam mengambil keputusan. Tidak lupa, kita harus berpedoman pada nilai-nilai seorang guru penggerak dan nilai-nilai kebajikan universal yang ada sehingga apapun keputusan yang kita ambil akan selalu kembali pada nilai-nilai diri. Dengan nilai-nilai yang saya anut dan yakini sebagai seorang guru penggerak, baik nilai mandiri, reflektif, inovatif, kolaboratif maupun berpihak pada murid, saya akan tetap mengikuti proses pengambilan keputusan melalui penerapan 4 paradigma dan 3 prinsip pengambilan keputusan, serta 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Hal ini bertujuan agar keputusan yang saya ambil dalam mewujudkan visi pendidikan yang berpihak pada murid adalah tepat, baik ketika saya menghadapi dilema etika ataukah bujukan moral. Dengan demikian, keputusan yang kita ambil mampu mengakomodasi semua pemangku kepentingan, tanpa ada yang dirugikan.

Pengambilan Keputusan yang Berdampak pada Terciptanya Lingkungan yang Positif, Kondusif, Aman dan Nyaman

Pengambilan keputusan yang tepat berdampak pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman yaitu keputusan yang diambil dengan pertimbangan yang matang, bijaksana, rasional (obyektif dan logis), relevan sesuai fakta, dilakukan secara sitematis dan terstruktur dan dapat dipertanggung jawabkan melalui proses pengambilan keputusan : memetakan masalah, memilih, menerapkan dan mempertimbangkan pemilihan 4 paradigma dan 3 prinsip pengambilan keputusan, serta menganalisis masalah dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dengan tetap mendasarkan diri pada nilai-nilai kebajikan universal yang dianut. Dengan begitu, keputusan yang diambil dapat diyakini tepat dan efektif bagi semua pihak yang berkepentingan dan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusi, aman dan nyaman.

Kesulitan-Kesulitan di Lingkungan yang Sulit Dilaksanakan untuk Menjalankan Pengambilan Keputusan terhadap Kasus Dilema Etika

Beberapa hal yang mungkin menjadi kesulitan-kesulitan dalam menjalankan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut.

1. Rasa kesetiaan yang masih mendominasi setiap pribadi yang berdampak pada pengambilan keputusan dan cenderung mengutamakan adanya rasa kasihan
2. Kurangnya pemahaman pengetahuan akan langkah-langkah proses pengambilan yang tepat dan efektif.
3. Perbedaan nilai-nilai dan prinsip pengambilan keputusan yang menghambat tercapainya mufakat
4. Rasa ragu atau bimbang dalam mengambil keputusan
5. Kurangnya rasa keberanian dan percaya diri dalam memutuskan alternatif solusi terbaik dan menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang diambil.

Pengaruh Pengambilan Keputusan yang Diambil dengan Pengajaran yang Memerdekakan Murid

Keputusan yang tepat dan efektif oleh seorang pemimpin pembelajaran tentunya akan berdampak dengan terciptanya lingkungan belajar yang positif, kondusif, aman, menyenangkan, dan merdeka yang mampu menumbuhkan kemandirian dan motivasi intrinsik yang tinggi dalam diri murid. Dalam hal ini kita dapat melakukan pembelajaran sosial emosional, pembelajaran berdiferensiasi, memaksimalkan kompetensi murid melalui proses coaching, dan menanamkan budaya positif pada murid melalui penyelesaian masalah dengan segitiga restitusi. 

Pengaruh Pengambilan Keputusan oleh Pemimpin Pembelajaran terhadap Masa Depan Murid

Seorang pemimpin pembelajaran harus terampil dan memahami proses pengambilan keputusan dengan benar sehingga akan dapat membantu menentukan paradigma, prinsip ataupun langkah-langkah pengambilan keputusan yang berpihak pada murid. Hal ini secara langsung akan menumbuhkan nilai-nilai positif ataupun karakter baik yang akan berkembang dalam diri mereka ketika menghadapi dilema dalam kehidupannya. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang erat antar keputusan masa kini dengan masa depan murid nantinya. Pengambilan keputusan yang tepat akan berdampak pada perubahan murid kedepannya. Bisa dikarakan bahwa masa depan murid bisa saja tergantung dari keputusan yang diambil oleh guru saat ini.  Oleh karena itu, penting untuk mengubah mindset kita bahwa proses pembelajaran sejatinya adalah pengambilan keputusan yang memerdekakan murid.

Kesimpulan Akhir

Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran sangat berkaitan erat dengan materi modul-modul sebelumnya dan merupakan satu kesatuan yang utuh, runtut dan  tidak terpisahkan untuk satu tujuan yaitu memerdekakan murid. Ki Hajar Dewantara menjelasakan bahwa pendidikan bertujuan untuk menuntun segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, sekolah, keluarga maupun masyarakat. 

Dalam melaksanakan proses pendidikan dan pengajaran, guru harus mampu melihat dan memahami betul kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan dengan baik, maka keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan. Pertanyaan-pertanyaan yang efektif dan komunikasi yang baik akan mengarahkan kita pada berbagai opsi dalam pengambilan keputusan.

Kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) sangat diperlukan untuk mengambil keputusan terkait permasalahan dilema etika maupun bujukan moral. Proses pengambilan keputusan diharapkan dapat dilakukan dengan kesadaran penuh, sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada, melalui pemetaan 4 paradigma dilema etika dan pengambilan keputusan dengan 3 prinsip serta menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Pada akhirnya, harapan kita adalah dapat mengambil keputusan yang berbasis etika, sesuai visi misi sekolah yang berpihak pada murid, budaya positif, serta nilai-nilai yang dianggap penting dan nilai kebajikan unviersal.

Posting Komentar

4 Komentar

  1. Dalam tulisan di atas, kami mendapati perspektif baru. Misalnya dalam kegiatan belajar-mengajar ternyata seorang guru perlu memiliki skill kepemimpinan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih pak,ada banyak sekali peran seorang guru, selain sebagai pemimpin pembelajaran pak, setiap guru pun harus memiliki visi misinya sendiri untuk menentukan tujuan kita sebagai guru ^^

      Hapus
  2. Artikel diatas sangat bagus, dalam artikel diatas dikatakan bahwa kita sebagai pemimpin pembelajaran harus belajar bagaimana mengambil keputusan dengan benar. karena keputusan yang kita ambil akan berdampak secara langsung dan dapat menumbuhkan nilai-nilai positif ataupun karakter baik yang akan berkembang dalam diri mereka, seperti ketika mereka menghadapi dilema dalam kehidupannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih mbak reny, awalnya sebelum belajar modul ini kadang saya merasa menyesal ketika mengambil sebuah keputusan, namun saat ini saya ingin berhati-hati dalam mengambil keputusan supaya tidak menyesal dan merugikan salah satu pihak

      Hapus