6/recent/ticker-posts

Merdeka Belajar, Guru Harus Bagaimana?

 



Hari Selasa, 15 September 2020 saya kembali mengikuti Kuliah umum sesi ke 3 dengan materi Kebijakan Pendidikan Terkait Guru dan Tenaga Kependidikan. Hari ini saya merasa antusias mengingat narasumber kali ini adalah Dr. Iwan Syahril, Ph.D (Dirjen GTK). Ternyata saat awal materi, beliau membawa kami untuk mengingat tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara. 

Pada slide awal, beliau menanyangkan dua gambar yang disertai pertanyaan. Pertanyaan tersebut adalah “Apakah anak lahir dengan kertas kosong atau kertas yang sudah ada tulisan yang samar?”. Saya menjawab B, karena jujur saja saya pernah mendengar dari dosen saya waktu kuliah dulu, bahwa menurut teori belajar apa ya (Konstruktivisme atau apa ya lupa hehe) anak-anak itu bukanlah kertas kosong, melainkan mereka sudah memiliki pengalaman belajar/pengetahuan sebelumnya. Saya iseng melihat kolom chat yang dipenuhi jawaban baik A maupun B. Namun lagi-lagi pak Iwan membuat kami penasaran dengan jawabannya dan akan menjawabnya nanti saat pemaparan.


Ada pepatah yang disampaikan pak Iwan yaitu Teacher Quality makes a Difference. Pepatah tersebut mengungkapkan bahwa kualitas seorang gurulah yang membuat perbedaan dalam pembelajaran. Setelah itu pak Iwan juga memaparkan tiga semboyan Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Semboyan paling terakhir yaitu Tut Wuri Handayani adalah semboyan yang terdapat pada simbol Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Apa arti Tut Wuri Handayani? Tut Wuri Handayani memiliki arti bahwa guru harus memberikan dorongan kepada siswa.

Guru dalam perspektif merdeka belajar memiliki prinsip sebagai berikut.
1. Guru harus memandang anak dengan rasa hormat
Pendidik itu seperti petani padi yang bisa merawat, membasmi hama dan membuat tanaman padi menjadi lebih baik, namun petani tersebut tidak bisa mengganti tanaman padi yang menghasilkan tanaman lain.
Anak diibaratkan kertas yang sudah berisi tulisan yang sama, sehingga jika hal tersebut adalah karakter yang baik maka kita tinggal menebalkan tulisan tersebut. 
2. Mendidik secara holistik
3. Mendidik secara relevan/kontekstual
Guru harus mencari inovasi dalam pembelajaran.
Pandemi COVID 19 ini membuat pendidik harus lebih berinovasi, memiliki mental nyaman di tengah ketidaknyamanan, berorientasi pada siswa, memiliki kemauan untuk belajar dengan teknologi, mau untuk bereksplorasi. 
Banyak sekali hal yang dapat saya ambil dari kuliah umum hari ini. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk teman-teman semua yang membaca dan menginspirasi. Sampai jumpa di tulisan berikutnya. ^^ 



Posting Komentar

0 Komentar